Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) Budi Gunadi Sadikin(KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA)
BONTANG, KOMPAS.com – Anak usaha PT Inalum (Persero), yakni PT Bukit Asam Tbk, bersama dengan PT Pertamina sedang dalam proses melakukan kerjasama dengan Air Products and Chemical Inc, perusahaan gas dan bahan kimia untuk keperluan industri asal Amerika Serikat.
Direktur Utama Indonesia Alumunium Indonesia Asahan (Inalum) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penandatanganan kerja sama ini sebagai salah salu upaya untuk hilirisasi pertambangan di sektor batubara menjadi syngas dan Dimethyl Ether (DME), sehingga dapat mengurangi impor gas yang merupakan salah satu bahan baku di dalam industri.
Namun, dirinya belum bisa memberikan gambaran berapa besaran nilai dari proyek hilirisasi ini nantinya.
“Bulan depan kita ada penandatanganan di New York antara PTBA, Pertamina, dan Air Products untuk hilirisasi batubara jadi syngas dan DME karena bisa mengurangi impor. Angkanya nggak terlalu hafal,” ujar Budi ketika memberikan paparan kepada awak media di Bontang, Minggu (28/10/2018).
Adapun saat ini, PTBA dan Pertamina tengah bekerja sama dengan PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk hilirisasi produk yang sama, yaitu batubara menjadi syngas yang merupakan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi Dimethyl Ether (DME).
Pabrik pengolahan gasifikasi batubara sendiri direncanakan mulai beroperasi pada November 2022. “Syngas ini hilirisasi tahap satu, tahap duanya bisa jadi banyak barang seperti pupuk urea, polypropylene sebagai bahan baku plastik, dan DME yang mirip seperti LPG,” jelas Budi. Lebih lanjut Budi menjelaskan, diharapkan produksi pabrik ini dapat memenuhi kebutuhan pasar untuk urea sebesar 500.000 ton per tahun, 400.000 ton DME per tahun dan 450 ribu ton Polypropylene per tahun. Dengan target pemenuhan kebutuhan sebesar itu, diperkirakan kebutuhan batubara sebagai bahan baku akan sebesar 9 juta ton per tahun.